Ilustrasi Candi Cangkuang |
Candi Cangkuang, Candina
Urang Garut
Wisatawan
dan Tourist yang terhormat, izinkanlah penulis memperkenalkan satu satunya
Candi yang terdapat di Kabupaten Garut.
Situ
Cangkuang ialah salah satu objek wisata yang dibanggakan masyarakat Garut
karena bukan hanya keindahan alamnya saja yang menjadi andalan, namun kaya akan
nilai-nilai historisitas. Mengunjungi Situ Cangkuang seolah akan membawa
pengunjung kepada eksotisme dan keindahan surga dunia yang sengaja diberikan
Tuhan. Bayangkan saja, Situ Cangkuang memiliki panorama yang menyilaukan mata
dan membuat betah pengunjungnya
Candi Cangkuang terletak di Kecamatan Leles
Kabupaten Garut. Candi ini terletak di tengah-tengah Situ Cangkuang dan untuk
mencapai Candi, disediakan rakit yang biasa disewa, pada hari libur tarif rakit
harganya Rp.3000,- untuk dewasa dan Rp.2000,- untuk anak-anak, dan pada hari
biasa harga sewa rakit menjadi Rp.50.000,- untuk satu kali pulang pergi.
Situ dan Candi Cangkuang tidak sulit dijangkau
dari pinggir jalan raya Garut-Bandung. Untuk menuju ke lokasi, bisa menggunakan
delman yang berjejer di pinggir jalan raya. Jika menggunakan kendaraan pribadi,
hanya menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit agar bisa sampai di pinggir Situ
Cangkuang.
Candi Cangkuang menyimpan berbagai kisah
menarik. Konon berabad-abad lalu di Kampung Pulo ada seorang putri Hindu cantik
jelita. Datanglah seorang panglima perang Mataram bernama Arif Muhamad. Dalam
pelarian setelah menderita kekalahan melawan Belanda, ia berjumpa dengan sang
putri, kemudian jatuh cinta. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan,
sang putri hanya mensyaratkan kepada Arif Muhamad untuk dibuatkan sebuah situ
di yang dikelilingi oleh kampung. Esoknya apa yang diinginkan sang putri dapat
dikabulkan, sebuah situ yang kemudian dinamai Situ Cangkuang. Arif Muhamad pun
kemudian menetap dan menyebarkan agama Islam.
Candi cangkuang terdapat 10 Km sebelah utara
tarogong arah menuju ke Bandung, tepatnay di daerah Leles. Untuk menuju
ketempat obyek wisata ini dari Kec.Leles, baisanya
para wisatawan menggunakan kendaraan deman (andong) yang unik. Situ yang
dangkal ditutupi oleh bunga teratai yang indah. Kisah turun temurun tersebut
dijelaskan oleh Tatang, juru kunci Kampung Pulo, pria paruh baya, ketika kami
sampai di lokasi Candi, menggunakan sebuah rakit sewaan. Sebuah candi setinggi
delapan setengah meter berdiri, bersisian dengan makam Arif Muhamad. Sebuah
harmoni perpaduan Islam-Hindu terasa kental.
Pertama kali candi ditemukan pada 1966 oleh
Harsoyo dan Uka Candrasasmita. Penemuan ini berdasarkan laporan Vorderman tahun
1893. Sayangnya, candi Cangkuang ditemukan tak berbentuk. Hanya bersisa 40
persen saja puingnya yang 60 persen yang hilang lalu dibuat replika. Sehingga
pada 1976, candi itu utuh kembali. Tepat di belakang komplek candi, terdapat
rumah adat yang dengan bebas bisa ditelusuri.
Rumah adat Kampung Pulo hanya berjumlah tujuh
saja, tak boleh lebih, juga tak boleh kurang. Susunannya seperti huruf U,
lingkungannya asri, terawat, bersih, dan rapi. Jumlah ini simbol dari tujuh
anak Arif Muhammad. Satu bangunan masjid melambangkan anak laki-laki.
Enam lainnya berupa rumah tinggal,
melambangkan anak perempuan.”Kalau anak sudah menikah, dia harus pindah dari
desa ini, tapi kalau ada rumah yang kosong, nanti dipanggil kembali”Walau memeluk
agama islam, warga kampung memengang garis keturunan perempuan. Maka, hanya
anak perempuan yang berhak tinggal di desa, anak laki-laki harus pindah ketika
dewasa, jelas Tatang.
Nah, sudah jelas kan, apa-apa mengenai Situ
& candi cangkuang? Oleh karena itu bila anda ingin berlibur ke kabupaten
Garut, atau kebetulan sedang ada di Garut, jangan lupa untuk mengunjungi objek
wisata yg satu ini^^
0 komentar:
Posting Komentar